DENPASAR, — Setelah menyandera puluhan penumpang dan karyawan Bandara Ngurah Rai, Bali, selama sekitar 2 jam, gembong teroris Umar Patek bersama 14 rekannya semakin gencar melancarkan ancaman kepada Pemerintah Indonesia. Mereka akan meledakkan bandara jika tuntutan tidak dipenuhi.
"Kami akan bunuh satu persatu jika pemerintah kalian tidak memenuhi permintaan kami," ancam Umar Patek kepada para sandera di ruangan sandera Pintu 1 Terminal Keberangkatan Internasional Bandara Ngurah Rai.
Para teroris ini meminta Pemerintah Indonesia membebaskan tahanan teroris di LP Nusakambangan dan Cipinang, meminta uang sebanyak Rp 20 miliar, serta meminta pesawat untuk membawa mereka pergi meninggalkan Bandara Ngurah Rai.
Permintaan terakhir teroris adalah membawakan makanan untuk mereka dan para sandera. Operasi penyergapan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD dan Australian Special Air Service (SAS) pun dimulai dari sini.
Pasukan khusus menyamar sebagai pengantar katering dan mereka berusaha menerobos bandara dengan bersembunyi di dalam mobil katering.
Setelah tim penyamar berhasil masuk ke dalam bandara, pasukan khusus kemudian secara sporadis melakukan penyerangan, di antaranya dengan menggunakan enam helikopter jenis Bolco 105, MI-17, dan BEL 205 A1 yang masing-masing berjumlah dua unit.
Kemudian, sejumlah kendaraan taktis juga digunakan untuk melumpuhkan teroris dengan cara menjebol dinding bandara.
Setelah berhasil melumpuhkan seluruh teroris yang berada di luar, pasukan khusus langsung menyergap ruang sandera dan dalam waktu kurang dari 3 menit, semua teroris termasuk Umar Patek tewas di tangan pasukan khusus.
Rangkaian adegan bukanlah peristiwa sesungguhnya, melainkan simulasi latihan bersama antara Kopassus dan SAS yang diberi nama operasi "Dawn Komodo-10". Tentu saja yang menjadi target bukan Umar Patek sesungguhnya, melainkan seseorang yang berperan sebagai dia.
"Latihan ini adalah metode dengan sasaran sebenarnya tanpa latihan sebelumnya di daerah operasi. Latihan ini untuk mengaplikasikan teknik dan taktik operasi pembebasan sandera," ujar Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk F Paulus seusai latihan.
Sementara itu, pihak SAS memberi pujian kepada Kopassus yang mereka nilai memiliki kemampuan untuk menanggulangi aksi terorisme dalam waktu singkat. "Sangat senang bekerja sama dengan Kopassus karena mereka sangat profesional," puji Mayjen Tim McOwen, salah satu pimpinan SAS. Selama menggelar latihan bersama Kopassus, SAS tidak mengalami kendala sama sekali.
Sumber : KOMPAS.com
1 komentar:
testing......
Posting Komentar