KOTA
Johannesburg
KAPASITAS
94700 orang
ALAMAT
Soweto Highway, Johannesburg
AFRIKA Selatan merupakan negara Afrika paling modern saat ini, baik secara eknomi, politik, dan sosial. Tentu sebagai negara bekas jajahan Inggris yang baru merdeka tahun 1910 dan menjadi republik pada 1961 ini, masih banyak ketimpangan dan tambal-sulam di sana-sini. Modernisasi pun belum berhasil menjamah seluruh wilayah seluas 1.221.037 kilometer persegi ini.
Salah satu wilayah yang paling sarat dengan modernisasi adalah Johannesburg. Kota penghasil emas dan berlian, yang pada abad ke-19 menarik datangnya imigran penambang emas dari berbagai belahan dunia, kini menjelma menjadi kota terbesar di Afrika Selatan yang dihuni oleh masyarakat dari beragam latar belakang budaya.
Sebagai kota multietnik, mau tidak mau, Johannesburg dipaksa tumbuh secara lebih cepat untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan masyarakat. Hal itu juga yang mendorong kota ini berkembang pesat secara ekonomi yang menyumbang 16 persen dari total pendapatan per kapita negara. Tidak berlebihan kota ini mendapat sebutan mesin ekonomi Afrika Selatan dan acuan kemajuan Afrika Selatan.
Uniknya, meski berstatus kota besar dan modern, kota ini masih menyisakan tempat bagi keasrian alam, budaya, dan sejarah. Tidak kurang dari 2300 taman tersebar di kota ini. Kentalnya aroma alami dan klasik juga diperkuat dengan keberadaan museum-museum, termasuk mueseum apartheid, Constitution Hill, dan sejumlah kota lama yang masih hidup, seperti Soweto.
Di Soweto inilah, Stadion Soccer City berdiri. Stadion ini akan menandai sejarah baru sepak bola Afrika Selatan, karena di Stadion inilah akan digelar pertandingan perdana dan final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Kota ini mendapat kehormatan itu, karena di sini jugalah denyut sepak bola Afrika Selatan berdenyut.
Denyut itu akan semakin kencang manakala suntikan adrenalin Derbi Soweto, yaitu duel antara Orlando Pirates dan Kaizer Chief digelar. Saat derbi berlangsung, semua penggila bola Afrika menoleh ke Soweto.
Kenyataan bahwa di kota inilah berdiri dua klub terbesar Afrika Selatan dan fakta bahwa kota ini dipadati sekitar 40 persen populasi Johannesburg merupakan salah satu alasan stadion utama Piala Dunia dibangun di tempat tersebut dan diberi nama Soccer City.
Soccer City pertama kali dibuka pada 1989 dengan daya tampung sekitar 80.000 penonton. Untuk keperluan Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, stadion ini dipugar pada tahun 1989 dan kapasitasnya dinaikkan menjadi 94.700 orang. Stadion ini merupakan stadion termegah dan terbesar di Afsel.
Menilik arsitektur, stadion paling megah ini ternyata menolak mengambil bentuk modern. Sebaliknya, mereka kembali ke dasar tradisi dan budaya asli mereka.
Bangunan ini mengambil bentuk pot tembikar Afrika (calabash), yang memang berbentuk labu. Dinding stadion bagian luar merupakan mosaik berwarna api dan tanah. Rangkaian lampu dipasang melingkari dasar dinding luar sebelah bawah. Melihat stadion itu dari jauh saat malam tiba, Anda seperti memandang panci di atas api. Suasana akan semakin dramatis, ketika lapisan mosaik dinding itu disapu cahaya-cahaya dari lampu sorot.
Kejutan Soccer City tak berhenti di situ. Di bagian dalam, tribun-tribun dibentuk dan diwarnai sedemikian rupa sehingga terlihat sepuluh garis hitam vertikal. Sembilan dari sepuluh garis itu merupakan simbol geografis dan sembilan stadion lain yang akan dipakai sebagai tempat perhelatan Piala Dunia 2010. Sementara garis kesepuluh merupakan simbolisasi Stadion Olimiade Berlin, yang merupakan tempat digelarnya partai final Piala Dunia 2006 Jerman.
Dengan kemegahan dan keanggunan begitu rupa, sudah layak dan sepantasnyalah stadion ini didaulat untuk mengawali dan mengakhiri hajatan sepak bola terbesar pertama di daratan Afrika.
0 komentar:
Posting Komentar